Bapa Langit Ibu Bumi
CERPEN A. DJOYO MULYONO
Cahaya langit timur terlihat perlahan merambat mulai surut, serpihan bulir-bulir pasir lembut berhamburan terbang mengambang dan hinggap di wajah orang-orang penduduk padang pasir yang keluar dari bangunan sahara.
Sesekali juga di langit terlihat kelebatan burung pemangsa yang menukik tajam ke tanah untuk mencabik mangsa ketika terlihat timbul tenggelam dari celah persembuyiannya.
Sedangkan di sisi barat pusat peribadatan umat muslim itu terdapat Pemuda Punjul Sejagat yang gelisah dan bingung ketika hendak mencari ibundanya yang beberapa menit lalu hilang di balik pintu. Tak kuasa, ia pun kembali memasuki bangsal kaputren, dengan iringan tarian kafilah-kafilah di kejauhan dari luar rumahnya.
Sepulang berguru dengan Baginda Rasul (1), ia memang ingin sekali rasanya pulang membantu uwak (kakak)-nya di tanah Jawa untuk kepentingan umat, yaitu syiar agama Islam. Juga berkunjung menemui Rama Prabu di negara Pejajaran. Akan tetapi ketika hendak memberi tahu rencana keberangkatannya, ibundanya baru saja meninggalkan dirinya.
Untunglah tak sampai adzan Maghrib dikumandangkan, ibundanya kembali bersama ayahnya. Tak menungggu lama, ia langsung saja menghaturkan sembah kepada ibundanya, “Mohon izin pamit, Ibu, saya hendak bertolak ke tanah Jawa dan berniat menetap di sana” ucapnya berat, mengungkapkan keputusan serius itu.
Pangeran Putra Mahkota pewaris utama Kerajaan Mesir, tidak menginginkan tahtanya yang mentereng. Setelah ayahnya memutuskan menikahi ibundanya dari negara Sunda yang dianggap mirip dengan mantan istrinya yang telah meninggal, juga telah memutuskan bahwa keturunannya nanti dari putri Jawa itu akan dijadikan penerusnya sebagai pemegang tahta Kerajaan Mesir.