Bapa Langit Ibu Bumi
CERPEN A. DJOYO MULYONO
Mengambil perlambang demikian, rapalan tersebut dilisankan dalam sanubari untuk memohon petunjuk apakah putri dari uwak-nya itu adalah benar sebagai jodohnya.
Hakikatnya, perlambang demikian adalah perlambang bagaimana manusia yang laki-laki dapat menjadi ayah sebagai langit yang kokoh, serta perempuan dapat menjadi ibu sebagai bumi yang tangguh. Kedua elemen tersebut adalah sumber dari terciptanya sebuah kehidupan yang baru dan lebih indah, layaknya anak-anak hasil dari buah keturunannya.
Dari perlambang demikian, tiba-tiba saja kelebat ingatan tentang Putri Ki Kuwu Cirebon itu muncul di kepalanya. Di atas joglo jati, beralas anyaman pudak di dalam bangsal kaputren, seorang putri cantik itu sedang duduk bersama para pembantunya. Tubuhnya ramping, dadanya berisi, lengannya mungil, wajahnya keemasan.
Tatapannya angkuh sekaligus sendu. Jika suatu ketika hatinya sedang tidak enak, tatapan orang lain bisa membuatnya cemberut. Kecantikan semacam itu tak memerlukan dandanan.
Baik rambut diikat atau diurai, dia akan tetap menjadi pusat perhatian, dialah Putri Ki Kuwu Cirebon. Seorang putri yang memiliki jenis kecantikan atulis, kecantikan yang konon hanya ada pada karya para kawi (5).
Pemandangan yang syahdu itu sungguh mengganggu pikirannya, relung gelisah kini terukir di raut wajahnya, apakah ini jawaban dari Gusti Kang Akarya Jagat tentang apa yang selama ini dirinya inginkan.
Sesungguhnya tak kuasa jika bersanding dengan putri uwak-nya, malu rasanya menikahi putri dari sosok yang ia segani, akan tetapi bayangan yang syahdu itu juga telah menggoda dirinya, bahwa kecantikan putri Ki Kuwu memang sangat menenangkan. Jika benar demikian petunjuknya, di malam ke-41 pertapaannya, jawaban itu datang.