50 persen pengidap HIV AIDS di Indonesia dari kalangan remaja

Admin

“Keterampilan ini memang tidak diajarkan, tetapi setiap keluarga ini harus bisa memiliki resiliensi keluarga yang baik,” kata Erlina.

Karenanya, sambung Erlina, pemerintah menyediakan saluran-saluran belajar bagi keluarga-keluarga ini. Namanya Pusat Pembelajaran Keluarga atau Puspaga.

“Puspaga tersebut ada di setiap kabupaten dan kota, kecuali Kabupaten Kulon Progo yang masih belum,” ujar Erlina.

Di samping itu, Erlina mengungkapkan penguatan parenting juga harus dilakukan sebagai upaya mencegah kenakalan remaja.

Upaya tersebut juga demi menyelamatkan para remaja dari Triad Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR), atau 3 risiko yang dihadapi remaja saat ini.

Ketiga risiko itu adalah seksualitas atau seks bebas, narkoba, dan HIV AIDS.

Orang tua diharapkan bisa melakukan pengasuhan anak untuk mencegah perilaku kenakalan anak.

Meliputi penanaman nilai dan moral, pemberian perhatian dan kasih sayang, mengawasi tanpa pengekangan yang berlebihan, dan kesadaran serta keberanian orang tua melaporkan perilaku anak yang menyimpang.

Erlina mengingatkan pula, bahwa HIV AIDS tidak hanya diidap orang dewasa, namun juga anak-anak. Karenanya, sedini mungkin edukasi terkait HIV AIDS harus diajarkan kepada setiap anggota keluarga.

Dia mengatakan, lebih dari 90 persen kasus HIV AIDS pada anak disebabkan oleh penularan vertikal dari persalinan.

Sementara penularan HIV AIDS pada remaja pada beberapa kasus disebabkan dari penggunaan narkoba suntik, dan seks bebas, terutama dengan sesama jenis.

Dia mengatakan pula, infeksi HIV berkembang lebih cepat pada bayi dan anak.

Dampak HIV AIDS pada anak memang sangat berbahaya, namun stigma dari masyarakat terhadap ada lebih merusak.

Lihat juga...