Buka simposium Cendekiawan Muslim, Presiden Soeharto: cara pikir kita harus berorientasi masa depan
KAMIS, 6 DESEMBER 1990 Di Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Presiden Soeharto membuka Simposium Nasional Cendekiawan Muslim. Memberikan sambutannya, Kepala Negara antara lain mengatakan bahwa kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan ekonomi telah mendorong dinamika perubahan dunia dalam waktu yang amat cepat.
Kepala Negara mengingatkan persiapan memasuki abad ke 21 itu bertambah penting karena Pembangunan Jangka Panjang 25 tahun kedua nanti untuk sebagian besar, justru akan berlangsung pada awal abad ke 21. Suasana abad yang akan datang itu belum seluruhnya bisa diperkirakan dari pengalaman selama ini. Banyak sekali perkembangan dan kecenderungan baru yang masih perlu dikaji dan ditelaah bersama baik kecenderungan perkembangan di dalam negeri maupun kecenderungan dunia pada umumnya.
Diingatkan Presiden bangsa Indonesia hidup dalam zaman yang penuh dengan kekuatan-kekuatan dinamis, demikian banyak terjadi perkembangan-perkembangan baru yang harus dihadapi dan diatasi dengan mengambil berbagai keputusan yang tidak mudah, khususnya dalam bidang ekonomi dan keuangan.
“Peta ekonomi dan politik dunia sedang berubah secara mendasar dalam dasawarsa terakhir abad 20 ini. Perubahan itu membawa tantangan-tantangan baru, masalah-masalah baru dan peluang-peluang baru. Juga harapan-harapan baru”, kata Presiden Soeharto.
Ditegaskannya agar bisa berlangsung hidup dalam dunia yang berubah cepat ini, diperlukan kejelian pengamatan dan kecepatan reaksi baik terhadap peluang yang terbuka maupun yang mungkin timbul.
“Kita tidak ingin dikejutkan terus menerus oleh berbagai pembahan dinamis ini. Karenanya kita perlu mempunyai perspektif berjangka panjang dan bersifat mendasar mengenai masa depan itu. Seluruhnya harus dilandaskan pada kemantapan dan keteguhan hati untuk mencapai sasaran akhir yang telah kita tetapkan ialah terwujudnya masyarakat kita yang maju, sejahtera, adil, makmur dan lestari berdasarkan Pancasila,” tambah Presiden Soeharto.