Luka di Hati Parto

CERPEN JANSEN WILLIAM

“Kalau boleh saya tahu. Si. Si. Siapa nama kamu?” tanya Parto tergagap-gagap sembari mengendarai sepeda motor ojeknya membonceng gadis penjual pisang goreng. Pikiran Parto sedang berkelana bersama gadis penjual pisang goreng itu.

Mengenang pertemuan pertamanya sangat indah dan sangat berkesan dengan gadis penjual pisang goreng. Namun saat Parto bertanya, gadis penjual pisang goreng diam seribu bahasa. Meski demikian, Parto bisa memaklumi mengapa gadis penjual pisang goreng tak menjawab pertanyaannya.

Parto menganggap gadis penjual pisang goreng diam seribu bahasa, karena angin sedang bertiup kencang, sehingga pendengaran gadis penjual pisang goreng terganggu. Tak mendengar pertanyan yang diajukan Parto.

Dan bukan menghiraukan pertanyaan yang diajukan Parto. Parto hanya sebatas itu bertanya kepada gadis penjual pisang goreng. Tak mendapat respons sama sekali.

Akan tetapi, Parto tak kecewa meski pertanyaannya tak dijawab oleh gadis penjual pisang goreng. Bahkan, hati Parto berbisik manis, masih ada kesempatan lain untuk bertanya kepada gadis penjual pisang goreng.

Saat itu Parto mengantar gadis penjual pisang goreng hanya sampai di persimpangan jalan. Selanjutnya Parto tak tahu lagi ke mana perginya gadis penjual pisang goreng.
***

Parto sangat risau di Pangkalan Ojek. Semalaman ia tak bisa tidur nyenyak gara-gara memikirkan gadis penjual pisang goreng. Di tengah Parto duduk bermalas-malasan di jok sepeda motor ojeknya, tiba-tiba calon penumpang berjenis kelamin perempuan menghampirinya, meminta supaya Parto mengantarnya ke pasar.

Namun, Parto tak melayaninya alias tak sudi mengantarnya ke pasar. Supaya hati perempuan itu tak kecewa, Parto menyarankan agar menaiki ojek sepeda motor Pak Poltak.

Lihat juga...