Luka di Hati Parto

CERPEN JANSEN WILLIAM

“Apa Bang Ujang pernah menanyakan nama dan alamat rumahnya?” tanya Parto berharap Bang Ujang menyampaikan jawaban yang menyejukkan hatinya.

“Abang tak pernah menanyakan nama dan alamat rumahnya, To!” jawab Bang Ujang membuat Parto jadi lemas karena dari mulut Bang Ujang meluncur jawaban yang tak menyejukkan hati Parto.

“Menurut Abang tak penting menanyakan nama dan alamat rumahnya, To! Abang mengantarnya sampai di persimpangan jalan saja, To! Selanjutnya Abang tak tahu lagi ke mana selanjutnya dia pergi, To!” kata Bang Ujang lagi.

Parto pun diam dan tak mengajukan pertanyaan lagi kepada Bang Ujang. Bahkan, Parto semakin tak bergairah lantaran dicengkeram kenyataan yang tengah dihadapinya yang menghempaskan dinding hatinya hingga nyaris retak.

Sementara Pak Ponirin, Bang Ujang, bahkan dirinya sendiri sama sekali tak mengetahui nama dan alamat rumah gadis penjual pisang goreng itu.

Akhirnya, Parto meninggalkan Bang Ujang di bangku panjang itu. Parto berjalan dengan lunglai menuju toko besi yang jaraknya sekitar 10 meter dari Pangkalan Ojek itu. Sesampainya di teras toko besi, Parto duduk di bangku panjang bersebelahan dengan tempat gadis itu saat masih berjualan pisang goreng.

Parto duduk menghadap sudut toko besi sembari memandang bekas tempat gadis itu saat masih berjualan pisang goreng. Sementara dari dalam toko besi sejumlah pembeli masuk dan keluar tanpa dihiraukan Parto.

Pikiran Parto lebih terpaut kepada gadis penjual pisang goreng dan tak lekang-lekang memikirkannya hingga berjam-jam lamanya. Sebenarnya, bisa saja Parto bertanya kepada pelayan toko besi tentang gadis penjual pisang goreng. Namun, Parto malu dan merasa gengsi bertanya kepada pelayan toko besi itu.

Lihat juga...