Luka di Hati Parto

CERPEN JANSEN WILLIAM

“Benar, Mas. Sudah seminggu dia tak berjualan.” Parto menjawab tak bergairah.

“Kalau boleh saya tahu siapa nama gadis penjual pisang goreng itu ya, Mas? Juga di mana alamat rumahnya ya, Mas?” kata pemuda itu membuat Parto jadi salah tingkah.

“Saya tak tahu namanya dan tak tahu alamat rumahnya, Mas,” kata Parto berusaha ramah sembari menutup-nutupi perasaan hatinya yang tak menentu. Kemudian Parto menatap pemuda itu dengan perasaan curiga. “Memangnya kenapa dengan gadis penjual pisang goreng itu, Mas?”

“Saya suka pisang gorengnya, Mas! Pisang gorengnya enak banget, Mas! Heran saya mengapa dia tak berjualan pisang goreng lagi ya, Mas!” kata pemuda itu membuat hati Parto tiba-tiba terbakar api cemburu.

Parto merasa memiliki saingan lagi. Pertama, saingannya adalah pelayan toko besi berwajah tampan itu. Kedua, saingannya juga pemuda berwajah tampan berpenampilan necis yang sedang berhadapan dengannya.

Parto menduga-duga, pemuda tampan di hadapannya bukan hanya menyukai pisang goreng buatan gadis itu. Juga menyukai kecantikan gadis penjual pisang goreng itu. Dan dugaan Parto itu sekaligus menelanjangi dirinya sendiri yang juga sangat menyukai kecantikan gadis penjual pisang goreng itu.

Parto diam dan tak menghiraukan pemuda itu lagi. Kemudian tanpa pamit pemuda itu meninggalkan Parto dengan raut wajah kecewa.

Ternyata bukan hanya satu pemuda tampan berpenampilan necis yang bertanya kepada Parto soal gadis penjual pisang goreng. Melainkan selanjutnya sebanyak lima belas pemuda tampan berpakaian necis silih berganti bertanya kepada Parto soal gadis penjual pisang goreng.

Juga selanjutnya sebanyak sepuluh bapak-bapak silih berganti bertanya kepada Parto soal gadis penjual pisang goreng. Namun, hanya pertanyaan keseluruhan bapak-bapak itu yang dijawab Parto dengan baik dan apa adanya.

Lihat juga...