Luka di Hati Parto

CERPEN JANSEN WILLIAM

Sedangkan pertanyaan sejumlah pemuda tampan berpenampilan necis itu dijawab Parto hanya dengan menggeleng-gelengkan kepalanya tanpa mulutnya mengeluarkan sepatah kata. Sebab hati Parto terbakar api cemburu.

Sebab Parto menyadari saingannya bukan hanya dua pemuda berwajah tampan, melainkan bertambah sebanyak lima belas pemuda tampan berpenampilan necis menjadi saingannya. Namun, Parto mengurut hatinya agar tak sampai patah arang.

Lalu Parto pun tak perduli dan sangat meyakini kata hatinya, bahwa gadis penjual pisang goreng bakal jadi miliknya, bakal jadi teman sehidup sematinya.

Selanjutnya Parto menghayal-khayalkan gadis penjual pisang goreng saat masih beraktivitas. Dari kejauhan Parto sering menikmati kecantikan wajah gadis penjual pisang goreng. Parto suka curi-curi pandang sembari mengagumi kecantikan dan penampilan gadis penjual pisang goreng nan sederhana itu.

Bahkan, ketika Pak Ponirin dan Bang Ujang lebih sering mengantar pulang gadis penjual pisang goreng, hati Parto terbakar api cemburu. Namun, Parto sangat pintar menyembunyikan perasaan cemburunya. Parto menyembunyikannya dalam-dalam sedalam laut Banda, sehingga Pak Ponirin dan Bang Ujang tak pernah tahu Parto menaruh hati kepada gadis penjual pisang goreng itu.

Sore hampir usai ketika Parto masih melamunkan gadis penjual pisang goreng. Mentari pun sudah tiarap di balik awan kelabu. Orang-orang pun tak datang bertanya lagi kepada Parto soal gadis penjual pisang goreng. Namun, Parto masih duduk di kursi panjang di samping sudut toko besi itu.

Parto tetap duduk diam sembari kedua matanya menekuri tanah bekas tempat kedua kaki gadis itu bertumpu saat masih berjualan pisang goreng. Lalu Parto mengkhayal-khayalkan gadis penjual pisang goreng berwajah teduh saat berdiri menggoreng pisang kepok di dalam kuali tanpa pernah mengeluh sedikitpun.

Lihat juga...