Prabowo, Figur Tengah dan Momentum Geopolitik
Oleh: Abdul Rohman
JAKARTA, Cendana News – “Saya pernah jadi Wali Kota Solo, Gubernur DKI Jakarta, dan Presiden RI dua periode. Mohon maaf, Pak Prabowo. Mungkin selanjutnya Pak Prabowo,” ucap Presiden Jokowi dalam HUT ke-8 Partai Perindo, Senin (7/11/2022).
Statemen Presiden Jokowi itu pada awalnya dinilai sebagai basa-basi politik. Sebuah kepantasan komunikasi untuk menjaga perasaan orang lain.
Salah satu audiens acara itu adalah Prabowo. Mantan kompetitor Capres yang dikalahkannya, dan saat ini menjadi Menhan.
Kira-kira begitu praduga kebanyakan masyarakat atas statemen Persiden Jokowi itu.
Ternyata tidak berhenti sampai di situ. Selang beberapa hari, Projo juga bertemu Prabowo.
Statemen Presiden Jokowi itu diikuti pendukungnya di lapangan.
Mencermati percakapan yang rekamannya beredar, sepertinya ada upaya membangun saling pengertian dari keduanya.
Apakah itu menandakan ada dukungan Projo ke Prabowo untuk menjadi presiden berikutnya?
Tentu kita akan mengetahuinya, kelak. Karena selang beberapa waktu pula Presiden Jokowi juga memberi sinyal figur rambut putih sebagai sosok yang serius memikirkan rakyat.
Prabowo sendiri merupakan figur unik. Ia telah menempuh jalan panjang dan berliku dalam pergolakan politik bangsa ini.
Bagi aktivis tahun 1990-an, sosok Prabowo sudah familiar. Tahun-tahun itu namanya sudah moncer. Bukan hanya sosok menantu presiden, putra begawan ekonomi.
Ia memang pantas disebut sebagai jenderal intelek atau jenderal yang berfikir. Wawasan intelektualnya dikenal mumpuni.
Tahun 1990 an, Prabowo populer sebagai The Rising Star mewakili ‘Jenderal Hijau’. Berhadapan dengan gank Benny Moerdani yang dikenal sebagai gank ‘Jenderal Merah’.