Presiden Soeharto Wafat, Bagaimana Ekspresi Simpati Rakyat?

Oleh : Abdul Rohman

Presiden Soeharto termasuk sedikit tokoh yang mendapat reaksi simpati meluas ketika wafatnya. Padahal sejak berhenti sebagai presiden pada 1998 hingga tahun wafatnya pada 2008, ia dihantam bully tanpa henti. Setip hari. 24 jam sehari.

Selama satu dekade itu Presiden Soeharto dilekati bad image (citra buruk) yang digelontorkan melalui semua media secara gencar dan tanpa henti-hentinya. Namun pada saat wafatya, gelombang simpati rakyat meledak begitu rupa. Suatu reaksi masyarakat yang berbeda 180 derajat dengan opini media yang selama ini mengambarkan Presiden Soeharto sebagai sosok buruk.

Publik dan media selama ini menggambarkan Presiden Soeharto sebagai pemimpin yang syarat KKN (Korup, Kolusi, Nepotisme) dan otoriter. Namun pada saat wafatnya, publik menunjukkan reaksi sebaliknya. Publik begitu terlihat kehilangan pemimpin kharismatik yang telah membawa bangsa ini keluar dari statusnya sebagai bangsa terbelakang.

Buku “Presiden Soeharto dan Visi Kenusantaraan” mengilustrasikan secara rinci atmosphere dan reaksi masyarakat tatkala mendengar Presiden Soeharto Wafat.

Bab 1 buku ini diberi sub judul “Pak Harto Wafat: Indonesia Hingga Nafas Terakhir”. Merekam suasana alam, reaksi emosional masyarakat dan pencermatan kritis nasionalisme Presiden Soeharto.

Pada tanggal 27 Januari 2008 tengah hari itu digambarkan anak-anak di gang-gang sempit belakang Polsek Matraman berlarian dengan berteriak-teriak “Pak Harto wafat-Pak Harto Wafat”. Rupanya anak-anak itu baru saja melihat siaran TV yang memberitakan wafatnya Presiden Soeharto. Mereka saling bersahutan, memberi tahu satu sama lain, bahwa mantan Presidennya itu wafat.

Lihat juga...