Serigala yang Ditinggalkan

CERPEN RUDI AGUS HARTANTO

Kelompok yang membunuh itu memperoleh daerah kekuasaan baru. Mereka membiarkan puluhan serigala yang mati menjadi bangkai, memberi sinyal kepada siapa pun bahwa penguasa baru telah datang.

Dongeng tentang serigala tak pernah terdengar lagi setelah malam itu. Ayah yang berangkat bersama pasukannya ke medan perang seolah lupa jalan pulang.

Berbulan-bulan setelah waktunya pulang, ayah masih tak kunjung mengetuk pintu. Hingga suatu kali ibu mengatakan, ayah telah pergi bersama serdadunya ke tempat yang jauh.

Para bayi serigala mengenal siapa yang mengancam mereka, ingat Arthur ketika ia diterima di akademi militer. Ayah menjadi satu-satunya alasan mengapa ia memutuskan melanjutkan pekerjaan itu meski ibu telah menentangnya habis-habisan.

Perhitungan tentang kehilangan terus mewarnai kecerewetan ibu, namun hal itu justru memantik api jiwa Arthur semakin berkobar. Bahkan kepada ibunya yang mengancam akan kembali ke rumah masa kecil, ia hanya memberikan jari telunjuk mengarah ke pintu ke luar rumah.

Sejak saat itu ia tak pernah melihat wanita tersebut. Selama pendidikan berlangsung, Arthur melatih bulu-bulu kulitnya menjadi seperti kawat. Segala auman yang ia teriakan ketika merayap di atas tumpukan batu kerikil menjadi pertanda bahwa ia masih seperti bayi serigala. Tetapi ia mesti melewati semua ujian hingga benar-benar siap menghadapi musuh, pun mangsanya di medan pertarungan nanti.

Begitu Arthur dinyatakan lulus, ia merasa banyak hal telah berubah. Serigala remaja telah siap terjun mempelajari jenis-jenis mangsa dan musuh-musuhnya. Ia mengerti, entah di mana pun penempatannya nanti musuh orang-orang sepertinya juga tak jauh berbeda dengan diri sendiri. Begitulah kodrat serigala dan tentara, semua sama, kata komandan pada acara kelulusan para taruna.

Lihat juga...