Latto-latto dan Perayaan Benturan
Oleh: Abdul Rohman
JAKARTA, Cendana News – Desember 2023, tepatnya tanggal 25. Siang itu saya memutuskan melewati jalur Batu-Pare Jatim untuk kembali ke Trenggalek, dari Malang. Sabtunya di Malang Selatan, dan Minggu paginya itu ngantar anak ke Jatim Park 2.
Lalu lintas sudah padat dari semua arah. Sampailah saya di sebuah masjid dekat Waduk Selorejo. Untuk Salat Ashar. Masjid itu berada di sebuah tebing dengan view hamparan air waduk.
Di samping dan belakang masjid itu perkampungan. Lokasinya agak ke bawah. Berada di samping masjid itu seperti berada di sebuah balkon. Menyaksikan secara leluasa perkampungan dan aktivitas masyarakat di bawahnya.
Melihat jauh ke depan, ke belakang masjid terhampar Waduk Selorejo.
Banyak tanah bermunculan ke permukaan di sekitar hamparan air yang berkilau itu. Apakah memang begitu aslinya, atau waduk sudah mengalami pendangkalan? Saya tidak tahu persis bagaimana waduk itu dulu.
Sajian pemandangan alam dari waduk itu diinterupsi suara-suara dari belakang-bawah masjid.
“Athak-athak…athak-athak…thak…thak…thak”. Semakin lama semakin kencang. Suara itu sesekali berhenti, sesekali terdengar lagi. Terus begitu. Rupanya anak-anak sedang bermain.
Mereka memainkan dua bola kecil. Bola itu diikat tali yang panjangnya sama dan berujung di sebuah simpul.
Dua bola kecil itu dibentur-benturkan satu sama lain. Terdengarlah suara “Athak-athak…athak-athak…thak…thak…thak” yang bersahut-sahutan itu.
“Oh… mainan lokal anak-anak sini seperti itu”, pikir saya dalam batin.
Saya melanjutkan perjalanan. Dengan rekaman memori suara “Athak-athak…athak-athak…thak…thak…thak” mainan anak-anak dan kilauan hamparan air Waduk Selorejo.