BENARKAH PRESIDEN SOEHARTO PERNAH MEMUSUHI UMMAT ISLAM?

Salah satu narasi yang berkembang pada era reformasi adalah ambiguitas penilaiannya terhadap komitmen ke-Islaman Presiden Soeharto. Dikisahkan bahwa Presiden Soeharto dahulu pada awal-awal pemerintahannya sangat anti Islam. Menjelang akhir pemerintahan sajalah ia berdekatan dengan Islam untuk menopang eksistensi politiknya.

Namun diakui pada akhirnya Presiden Soeharto sangat Islami dan mendukung ummat Islam.

Bahkan dalam narasi itu, berkembang opini Ibu Tien dahulunya beragama Kristen dan Mualaf. Ternyata setelah dikonfirmasi dengan pihak-pihak yang memahami betul jejak hidup Ibu Tien, isu itu tidak benar. Ia muslimah sejak kecil. Ia ditempa tradisi Islam sebagaimana budaya Kraton Mangkunegaran kala ia masa kecil.

Lantas benarkah Presiden Soeharto pernah memusuhi ummat Islam?. Dalam definisi apa yang dimaksud dengan memusuhi itu. Ummat Islam mana yang dimusuhi.

Jika mengacu perbenturan antara pendukung PPP dengan partai pemerintah kala itu, Golkar. Perbenturan itu terkategori benturan politik biasa. Hal mana masih juga terjadi pada era reformasi. Sebagaimana kasus benturan basis massa PPP di Yogya dengan Partai berkuasa.

Berkembang pula narasi NU dipinggirkan pada era Orde Baru. Jika ini benar, faktanya Rais Aam NU kala itu, Kyai Achmad Shiddiq, merupakan pembela Azas Tunggal Pancasila. Sikap itu ditindaklanjuti dengan keputusan secara organisasional.

Tentu sikap itu ada yang tidak setuju. Bahkan menuding sikap NU itu sebagai kelenturan sikap belaka manakala menghadapi represi orde baru. Jika narasi ini benar, faktanya NU pada era reformasi tetap konsisten dengan sikap NU pada era Kyai Achmad Shiddiq. Bahwa NKRI dan Pancasila merupakan bentuk final bagi penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Lihat juga...