Soekarno-Soeharto-Reformasi: Membalik Arus dan Gelombang Sejarah
Oleh: Abdul Rohman
Reformasi telah berjalan lebih dua dekade. Tepatnya 25 tahun terhitung sejak berhentinya Presiden Soeharto.
Apa prestasi kebangsaan yang telah dicapai dalam kurun itu?. Apa dalam grafik yang menanjak dari masa-masa sebelumnya?. Stagnan atau menurun?.
Angka-angka statistik menunjukkan kesenjangan kaya-miskin semakin melebar dibanding era orde baru. Era yang kita bersama mengkoreksinya untuk lebih baik.
Begitu pula dengan pertumbuhan ekonomi belum bisa menyamai prestasi orde baru. Kebocoran pembangunan/KKN juga belum lebih baik jika dibanding dengan orde baru.
Sejak era reformasi, bangsa ini belum memiliki lagi blue print pembangunan terencana, bertahap, berkelanjutan. Dengan sasaran yang pasti, untuk terwujudnya kemajuan setara negara-negara maju.
Lantas bagaimana cara mengeluarkan bangsa ini dari ketersendatan-ketersendatan kemajuan itu?.
Buku “Presiden Soeharto dan Visi Kenusantaraan”, mengupas skenario yang dikatakan penulisnya sebagai “Membalik Arus dan Gelombang Sejarah Bangsa”. Belajar dari jatuh bangun era orde lama, orde baru, dan reformasi, Bab IX buku menawarkan 7 langkah. Untuk membalik arus dan gelombang sejarah bangsa ini dari keterpurukan menjadi bangsa yang maju.
Pertama, konsolidasi idiologi bangsa mendesak diperlukan. Pancasila harus dijadikan muara dari semua diskursus kebangsaan. Untuk menyatukan segenap gerak langkah semua elemen bangsa dalam satu gerak kolektif pembangunan bangsa yang terarah, terencana dan berkelanjutan. Pancasila harus secara konsisten dijadikan sebagai idiologi bangsa.
Pancasila harus diterjemahkan pada tingkat operasional dalam semua aspek pembangunan. Termasuk perlu dilakukannya edukasi publik idiologi bangsa secara terorganisir berjenjang dan berkelanjutan. Jika belum ada konsep pengganti, maka model P4 bisa dihidupkan.