FPRB Bandung Bondowoso Edukasi Masyarakat Lewat Seni
FPRB Bandung Bondowoso Edukasi Masyarakat Soal Resiko Bencana Lewat Kesenian Srandul
YOGYAKARTA Cendana News — Sejak beberapa waktu terakhir, kesadaran masyarakat untuk ikut terlibat dalam aksi penanggulangan dan pengurangan resiko bencana terus meningkat. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya komunitas-komunitas relawan yang bermunculan hingga pelosok desa.
Salah satunya adalah Forum Komunikasi Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Bandung Bondowoso di wilayah Kecamatan Prambanan Sleman. Menginjak usia 10 tahun, FPRB Bandung Bondowoso selama ini terus aktif membantu masyarakat dalam menangani berbagai bencana baik itu kekeringan, tanah longsor, dan sebagainya.
Terlebih kawasan kecamatan Prambanan merupakan salah satu daerah dengan potensi bencana alam cukup tinggi di kabupaten Sleman. Hal itu tak lepas karena topografi wilayahnya yang berupa kawasan perbukitan, sehingga rawan terjadi bencana kekeringan, tanah longsor, gempa bumi dan sebagainya.
Bermarkas di pelosok perbukitan Prambanan Sleman, tepatnya kelurahan Gayamharjo, FPRB Bandung Bondowoso, pada 19 Maret 2023 memperingati Hari Lahir ke 10. Seluruh anggota memperingati HUT ini dengan menggelar acara sederhana.
Selain tumpengan, kegiatan juga diisi dengan pembagian sembako bagi masyarakat sekitar kurang mampu, serta pementasan kesenian tradisional asal Gayamharjo, Prambanan, yakni pertunjukan ketoprak sederhana atau biasa disebut Srandul.
Ketua FPRB Bandung Bondowoso, Ig Prawoto, mengatakan pada HUT ke 10 ini pihaknya sengaja mengangkat tema ‘Bersama Masyarakat Menjaga Alam dan Budaya’. Tema ini dipilih untuk mengkampanyekan kepedulian masyarakat untuk ikut terlibat menjaga alam adat budaya tradisi leluhur.
“Kali ini kita mementaskan pertunjukan Srandul. Dimainkan oleh 20 orang personil baik itu masyarakat pelaku seni maupun anggota FPRB Bandung Bondowoso,” ungkapnya.
Menurutnya, kesenian tradisi masyarakat seperti Srandul sangat penting untuk dilestarikan, karena dapat menjadi salah satu media yang berperan penting dalam memberikan pengetahuan atau edukasi tentang berbagai hal. Termasuk penanggulangan resiko bencana.
“Selain budaya warisan leluhur dapat terus dilestarikan dan tidak punah, dengan kegiatan semacam ini kita juga bisa menggedukasi masyarakat untuk senantiasa menjaga alam sekitar dan mengurangi resiko bencana,” katanya