Paregreg dan disintegrasi negara-negara lingkar luar itu telah menusuk Majapahit secara bersamaan. Sehingga menyebabkan kemunduran dan bahkan “kematian” Majapahit. Para sejarawan pada zamannya melukiskan pudarnya suprastruktur peradaban nusantara yang gemilang itu sebagai “sirno ilang kertaning bumi” (hilang lenyap ditelan bumi).
Merujuk analis Vic itu, Kudeta PKI 1965 merupakan perulangan Paregreg yang berhasil meluluhlantakkan nusantara. Paregreg merupakan buah proyek disintegrasi kekasisaran Cina atas Majapahit.
Sedangkan kudeta PKI 1965, Victor M. Fic mengemukakan telaahnya jika peristiwa itu sebagai konspirasi antara Aidit dan Mao Tse Tung. Mao adalah kaisar Komunis Cina. Pada saat itu (tahun 1965) poros komunis internasional dikendalikan Cina.
G30S/PKI dan Paregreg bukan satu-satunya peristiwa upaya dekonstruksi kedaulatan nusantara melalui perbenturan geopolitik. Peristiwa itu merupakan 7 peristiwa besar upaya dekonstruksi kekuasaan asing atas nusantara.
Pertama, ekspansi Kerajaan Cola Mandala India atas hegemoni Sriwijaya. Almarhum Dr. Nurcholis Madjid dalam buku “Indonesia Kita”, menyunggung secara sekilas bahwa serangan itu memerosotkan kemampuan Sriwijaya dalam mengukuhkan kedaulatannya di nusantara. Ekspansi Cola Mandala dapat kita catat sebagai peristiwa pertama benturan geopolitik antara nusantara dengan kawasan luar. Dalam hal ini dengan India (saat ini).
Benturan kedua adalah dengan Kubilaikhan yang menguasai kekaisaran Cina. Khubilai Khan adalah cucu Jenghis Khan, pendiri kekaisaran Mongol yang terkenal sebagai penakluk imperium-imperiun adikuasa pada zamannya. Imperium Mongol mampu menaklukkan kekaisaran Cina, Persia dan mendaratkan pasukannya hingga Eropa. Penaklukan terhadap imperium-imperium besar dilakukan secara mengesankan dengan capaian-capaian kemenangan.