KYAI ACHMAD SHIDDIQ DAN NIAT KETIKA DI TPS

Oleh: Abdul Rohman Sukardi

Sudah cukup lama saya tidak berkomunikasi. Tiba-tiba diingatkan tentang cara mengkonstruksi niat dalam pemilu. Pada saat nanti hendak mencoblos pilihan di TPS.

“Niatnya begini”. Kata pesan itu.

Nawaitu amron, bil ma’ruufi, wa nahyaa ánil munkari bijtimaaínaa bi (nomer yang dipilih, misal nomer …), lichadrotillaahi akbar”.

Pesan itu dalam bentuk flyer dan voice note. Niat ketika hendak memilih dalam pilpres, pilleg, pilkada, pilkades. Di TPS. Siapapun pilihannya. Sebelum mencoblos figur yang dipilih.

Saya lihat pesan itu pukul 14.25, 13-12-2023. Ternyata Kyai Saiful Ridjal. Saya akrab memanggilnya Gus Saif. Mantan Ketua PCNU Bondowoso Jatim.

Merupakan putra Kyai Abdul Chalim Shiddiq, Cucu Mbah Shiddiq, keponakan dari Kyai Achmad Shiddiq. Talangsari Jember.

Kyai Abdul Chalim Shiddiq adalah pendiri Pondok Pesantren Asshidiqi Putri. Pemberi ijazah kitab dalail khairat di Indonesia.

Kyai Achmad Shiddiq merupakan adik dari Kyai Abdul Chalim Shiddiq. Ketua Rais Aam PB NU pada Muktamar Ke-27 NU tahun 1984 Situbondo, Jawa Timur.

Populer dengan pandanganya “Pancasila dan NKRI merupakan bentuk final dalam penyelenggaraan pemerintahan Indonesia“. Sebagai hasil ijtihad ummat Islam Indonesia. Tidak perlu ada format lain.

Melalui pandangan Kyai Achmad Shiddiq dan Cak Nur (almarhum Nurcholish Madjid), saya belajar tentang Pancasila. Sebagai ruh pembangunan peradaban Indonesia.

Adapun Kyai Shiddiq (Mbah Shiddiq) merupakan salah satu keluarga ujung tombak dakwah Islam di paruh timur Pulau Jawa. Mbah Shiddiq di sisi Selatan (Jember). Sedangkan di utara (Situbondo) ada Kyai Asád.

Generasi pejuang muslim kontemporer, khususnya di ujung timur pulau Jawa, berhutang jasa pada dua keluarga besar ini. Rimba raya jalan dakwah tapal kuda sudah dibuka oleh keduanya.

Lihat juga...