GYMNASTIC REVOLUTION DAN PEMILU 2024

Oleh : Abdul Rohman Sukardi

Istilah itu populer menjelang tragedi 1 Oktober 1965 meletus. G30S/PKI. Dipopulerkan oleh DN Aidit, ketua CC PKI.

Ketika konsolidasi kepartaiaan mencapai puncak, termasuk rehabilitasi citra buruknya akibat Kudeta Madiun 1948, PKI menyiapkan panggung revolusi. Salah satunya melalui senam revolusi (gymnastic revolution).

Melalui skenario konflik-konflik horisontal. Perlawanan-perlawanan kekerasan kepada pihak-pihak yang berseberangan. Dilakukan di banyak tempat se-Indonesia. Secara bergelombang tanpa henti.

Perlawanan kaum buruh, kaum tani, kaum muda revolusiner. Semua di gerakkan untuk berlatih revolusi.

Ketika rakyat terbiasa melakukan revolusi skala-skala kecil, lambat laun akan bisa di konsolidasi gerakan-gerakan besar. Itulah tujuan senam revolusi itu.

Berdasar catatan sejarah, tahun 1963, Jember Jawa Timur dijadikan sebagai salah satu arena test case itu. Melalui kasus Utrecth.

Pada saat itu Jember merupakan salah satu ujung tombak kepemimpinan ummat Islam. Poros kepemimpinan NU dipegang oleh Tebu Ireng Jombang dan Keluarga Kyai Shiddiq Talangsari Jember. Kala itu NU masih masa konsolidasi.

Kasus Utrech merupakan uji coba respon ummat Islam terhadap revolusi kaum kiri. Gagasan-gagasan anti Tuhan disemai dalam kuliah-kuliah Utrecht di FH Unej. Direspon oleh perlawanan kader-kader HMI di kampus itu.

Di luar kampus, gerakan massa NU bergerak. Di komando Kyai Achmad Shiddiq muda. Massa mengular dari Talangsari Jember hingga Patrang. Kampus Unej kala itu. Puluhan ribu massa. Atau mungkin lebih.

Kita hanya bisa membayangkan, kira-kira seperti massa 212. Ketika memprotes Ahok di Monas Jakarta.

Lihat juga...