Ketiga, temuan BNPT yang menyatakan mayoritas terpidana teroris berakar dari idiologi Salafi-Wahabi. Bahkan terdapat pengakuan eks teroris bahwa prototipe paling nyata dari paham wahabi adalah ISIS yang sangat intoleran. Bahkan terhadap ummat Islam sendiri.
Mencuatnya isu-isu itu memicu kesigapan ummat Islam untuk membuka referensi terkait Salafi-Wahabi beserta manhaj dan pemahaman keagamananya. Ummat Islam non Salafai-Wahabi menjadi tergugah kembali untuk membuka-buka referensi atas sikap keagamaan yang dituding sebagai bi’dah dan sesat. Pada akhirnya diskursus Salafi-Wahabi memicu pencerahan ummat secara kolektif. Ummat disajikan beragam referensi keagamaan untuk kemudian bisa memilih pandangan keagamaan mana yang tepat dan menyimpang. Apakah tudingan wahabi benar, ataukah pemahamannya yang salah.
Sebagaimana tengara Ernest Gelner, tajamnya dialektika internal ummat Islam, akan membimbingnya kembali pada ajarannya yang otentik. Terjadi adu hujjah yang bisa terverifikasi otentisitasnya. Al Qurán dan Hadits. Jadi tidak perlu dirisaukan. Hanya perlu kegairahan membuka referensi-referensi utama untuk menjadikan dialektika menjadi berkualitas. Sehingga pada akhirnya akan menemukan Islam yang otentik.
ARS (rohmanfth@gmail.com), Jaksel, 12-06-2024