NU, Tambang, dan Mesin Peradaban

 

Keunggulan NU terletak pada penguasaan secara disiplin terhadap khasanah keilmuan klasik bersanad. Disiplin itu mampu meyakinkan banyak orang, bahwa ajarannya otentik. Terjaga dari penyimpangan orisinalitas ajaran Islam.  Metode dakwahnya inklusif. Memiliki tradisi keagamaan yang mengakar dan membudaya. Seperti pada kegiatan tahlilan, yasinan, sholawatan, semaan Al Qurán.

 

Inklusifitas itu manjadikan NU mampu diterima khalayak luas dan menghimpun keanggotaan dalam jumlah besar.  Kini ia tumbuh menjadi ormas Islam dengan keanggotaan terbesar di dunia.

 

Kelemahaannya terletak pada kemampuan manajerial secara merata. Mulai Pengurus Besar hingga ranting. Keluasan keilmuan dan keislaman para pengurus NU pada semua tingkatan belum diiringi kemampuan manajerial secara efektif. Akibatnya belum mampu mengkonsolidasi dan menggerakkan potensi besar keanggotaan yang ada.

 

Secara logika, sepuluh persen saja dari keanggotaan yang mencapai lebih 100 juta itu melakukan iuran 1 juta per tahun. NU akan mampu menghimpun dana 10 T per tahun. Potensi kekuatan finasialnya cukup besar. Bisa dilakukan untuk percepatan agenda-agenda keummatan. Sayangnya potensi itu kini belum tergarap. Oleh kualitas manajerial organisasi yang harus ditata.

 

Disinilah strategisnya konsesi tambang itu bagi NU. Melalui konsesi tambang, ia memiliki bisnis center mandiri. Keuntungan bisnisnya sebagian untuk upgrade kemampuan manajerialnya. Melalui upgrading manajemen organisasi secara periodeik dan sistematis pada semua tingkatan organisasi.

 

Ketika problem manajerial teratasi, NU akan berubah menjadi kekuatan orkestrasi pembangunan peradaban yang sangat efektif. Baik skala nasional. Maupun skala global. Mesin peradaban itu bisa digerakkan maksimal. Bagi pembangunan peradaban muslim Indonesia. Maupun dalam kacah lebih luas.

Lihat juga...