Oleh: Abdul Rohman Sukardi
Islam merupakan agama etika. Tidak semata mengajarkan dogma peribadatan formal. Sholat, Puasa, haji, dll. Melainkan banyak mengajarkan etika. Meliputi pola relasi dengan penciptanya. Sekaligus pola relasi antar sesama dan lingkungan sekitarnya.
Disiplin menjalani ajaran Islam, dengan sendirinya terwujud tertib sosial beretika. Tatanan kemasyarakatan beradab. Dilakukan melalui kesadaran, tanpa keharusan kehadiran instrumen pemaksa. Instrumen hukum untuk melakukan dan tidak melakukan sesuatu.
Berbagai literatur mendefinisikan “etika” sebagai prinsip-prinsip moral dan nilai-nilai yang membimbing perilaku manusia. Ajaran Islam mengenal akhlak. Ialah nilai-nilai moral dan perilaku yang diperintahkan Allah Swt untuk dijalankan. Etika menekankan temuan manusia tentang standar perilaku terbaik dalam kehidupan. Sedangkan Akhlak, merupakan bimbingan Allah Swt tentang standar baik dan buruk dalam perilaku. Akhlak memiliki dimensi transendesi.
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak” (HR. Al-Baihaqi). Begitu sabda Rasulullah Muhammad Saw., dalam sebuah Hadits. Tanda betapa pentingnya akhlak dalam ajaran agama Islam. Al Qur’an banyak menekankan tentang akhlak yang harus dipedomani ummat manusia. Termasuk varian-varian perilakunya.
Ihsan termasuk bagian akhlak Islam. Sebuah kesadaran segala gerak gerik kehidupan selalu dalam radar Allah Swt. Radar Pencipta. Maka berbuat baik atau buruk itu tidak bisa dalam balutan pura-pura. Banyak ayat menekankan tentang ihsan. Misalnya saja dalam QS: 2:83, 2:112, 2:177, 2:195, 2:229, 3:148. Masih banyak lagi ayat tentang ini.