Romantisisme itu bisa diduga bisa menjelaskan kecenderungan itu. Kenapa kaum tua lebih banyak menjatuhkan dukungan pada pasangan Pramono-Rano. Kaum yang memorinya tersandera era si Doel.
Mungkin juga ada penjelasan lain. Kalangan usia tua bisa juga mencerminkan kaum gagal move on. Pendukung Anies Baswedan (?). Gagal mendapat kendaraan untuk maju, RK di musuhi. Buktinya RK ditolak kehadirannya di sejumlah tempat. RK berada pada barisan pemenang pilpres yang harus dimusuhi. Suara pendukung Anies dilimpahkan kepada Pramono-Rano. Mungkin saja.
Begitu pula pasangan Dharma-Kun. Gagasan-gagasan barunya tidak menyeruak ditengah-tengah diskursus warga Jakarta. Tidak menarik bagi banyak calon pemilih.
Warga Jakarta tidak tertarik terhadap segala hal tanpa ada harapan: growt dan kemajuan. Jatidiri idiologisnya selalu berubah dinamis. Untuk growt dan maju. Maka mereka jatuhkan pilihan pada sosok yang diyakini bisa membawa tumbuh dan maju.
Mungkin begitu pesan yang tertangkap dari survei itu.
ARS (rohmanfth@gmail.com), Jaksel, 19-09-2024