Mampukah Rezim Prabowo Adu Sprint?  

Kemenkeu menambah Rp 113,05 triliun dalam pos belanja Kemenerian Lembaga (K/L) pada RAPBN 2025. Untuk mendukung program-program Prabowo-Gibran.

Jumlah tersebut terbagi dalam empat program utama. MBG (Makan Bergizi Gratis) senilai Rp 71 Triliun. Masuk dalam pos anggaran Badan Gizi Nasional. Jumlahnya masih jauh dari total kebutuhan. Akan tetapi sudah cukup untuk menjalankan janji kampanyenya. Menyisir segmen-segmen prioritas.

Pemeriksaan kesehatan gratis senilai Rp 3,2 T. Pembangunan Rumah Sakit berkualitas di daerah senilai Rp 1.8 T. Menyasar 52,2 juta orang. Program ini merupakan salah satu kebutuhan prioritas masyarakat.

Renovasi sekolah dengan anggaran Rp 20 T. Pembangunan LPND (Lumbung Pangan Nasional, Daerah dan Desa) dengan total 15 T. Untuk intensifikasi 80 ribu ha sawah dan 150 ribu ha lahan sawah baru.

Program-program tersebut bukan saja menyasar kebutuhan prioritas utama saat ini. Kesehatan-kedaulatan pangan-pendidikan. Melainkan juga program populis.

Menjalankan program itu dengan sendirinya akan mengglorifikasi kemunculan rezim baru. Cukup untuk membuat rakyat ceria. Skala luas.

Ketiga, landasan politik luar negeri. Prabowo telah tampil dalam forum-forum internasional. Dalam kapasitasnya sebagai Menhankam. Ia sosialisasikan visinya dalam tiga isu besar internasional: Palestina-Ukraina-Laut Cina Selatan. Ia juga aktif dalam kancah regional. Menjalin komunikasi dan membangun solidaritas lebih awal dengan negara-negara ASEAN.

Atas langkah-langkah itu maka wajar muncul pertanyaan: “seberapa mampu Presiden Prabowo langsung adu sprint?”. Mengejar ketertinggalan dari negara-negara maju.

Lihat juga...