Kabinet Prabowo: “Kabinet Perang”

Iklim global berubah. Diiringi krisis sumber daya. Kelangkaan sumberdaya alam seperti pangan, air dan energi bisa memicu konflik antar kelompok masyarakat. Bahkan antar negara. Bisa merembet dalam skala luas.

Belum lagi perkembangan teknologi militer. Meningkatkan risiko sebagai pemicu perang. Seperti perkembangan teknologi senjata otonom dan perang siber. Perlombaan senjata merupakan industri pemicu perang yang pengaruhnya besar.

Begitu pula perubahan demografi dan migrasi massal di sejumlah kasawan. Bisa memicu ketegangan sosial dan politik dalam negara. Atau antar negara.

Aura ketegangan global itu bisa kita jumpai di sejumah kawasan. Tidik didih konflik itu bisa kita jumpai di kawasan-kawasan berikut:

Indo-Pasifik. Terjadi persaingan sengit antara AS dan Cina. Termasuk Laut Cina Selatan (LCS) dan Taiwan. Titik ledak pertengkaran kawasan ini berada pada jarak dekat dari Indonesia. Berada tepat di halaman Indonesia. Pekarangan Indonesia.

Timur Tengah. Terjadi konflik Israel-Palestina. Israil vs Libanon dan Iran. Perang saudara Suriah. Instabilitas Irak. Eskalasi di Kawasan Teluk mengacam sumber-sumber energi pemasok kebutuhan global. Krisis Teluk bisa merembet dan mengancam sumber-sumber energi Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan global.

Afrika juga bergolak. Konflik etnis, kemiskinan, dan perubahan iklim. Memicu ketidakstabilan di banyak negara Afrika. Seperti kasus Somalia, Sudan Selatan, dan Republik Demokratik Kongo.

Begitu pula di Eropa Timur. Ketegangan Rusia-Ukraina. Juga eskalasi Balkan. Menyeret NATO untuk tidak bisa hidup dengan tenang. Harus selalu siaga dengan cemas.

Lihat juga...