Pidato Presiden Prabowo Tanggal 20 Oktober 2024. Pada saat pelantikan di Gedung MPR juga menyampaikan visinya. Membawa Indonesia daulat pangan, daulat energi, daulat air. Juga hilirisasi. Esensi hilirasi ini sebenarnya mirip program pelita III. Megolah bahan baku menjadi barang jadi.
Berbeda dengan dengan Persiden Soeharto. Memulai pembangunan dari nol. Ketika harus menyiapkan infrastruktur dasar. Termasuk Industri pendukung pembangunan. Seperti industri baja, industri bahan perumahan, dll. Presiden Prabowo mewarisi situasi lebih baik. Seharusnya bukan saja hilirasi dasar. Akan tetapi sudah pada tahap produksi produk teknologi.
Kabinet Presiden Soeharto juga mampu merumuskan strategi pembangunan melalui narasi sederhana. Termasuk tahap dan target capaian. Memungkinkan masyarakat menyumbangkan partisipasinya. Melalui gerakan pembangunan rakyat semesta. Pembangunan di segala bidang.
Problemnya: mampukah Kabinet Merah Putih merumuskan narasi besar Presiden Prabowo itu dalam narasi sederhana. Menjadi program yang mudah dipahami tahapan-tahapan dan output-nya oleh segenap rakyat. Agar partisipasi kolektif segenap rakyat mudah diwujudkan.
Rakyat harus dilibatkan dalam partisipasi pembangunan semesta. Pembagunan tidak akan optimal jika narasi besar itu hanya menjadi narasi kabinet. Hanya menjadi pekerjaan kabinet yang asing dari rakyatnya. Rakyat hanya menjadi obyek pembangunan. Tidak dijadikan subyek pembangunan itu sendiri.
Narasi besar Presiden Prabowo itu harus bisa diterjemahkan secara operasional dalam sajian mudah dipahami segenap masyarakat. Niat mulia Presiden Prabowo itu juga harus dijadikan pekerjaan dan agenda bersama seluruh rakyat. Tidak bisa rakyat hanya dibiarkan sebagai penonton.