Bangsa ini pernah memiliki program edukasi idiologi bangsa yang sistematis. Kita mengenalnya P4. Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila.
Rakyat dari berbagai elemen. Berbagai strata dan usia. Berbagai profesi. Dilibatkan dalam suatu forum. Untuk mendalami dan mendiskusikan Idiologi bangsa Pancasila. Beserta implementasinya.
Ialah pendalaman Pancasila melalui metode dialetika partisipatif. Termasuk memperdebatkan implementasinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pancasila merupakan filosofi dasar berbangsa dan bernegara. Ia tidak bersifat statis. Sebagai sumber nilai dalam berbangsa dan bernegara, implementasinya sangat dinamis. Banyak dihadapan pada perkembangan eksternal yang dinamis. Maka perlu didialektikakan. Perlu diskursus. Terus menerus.
Idiologi bangsa tidak cukup diajarkan melalui kurikulum sekolah yang kaku dan doktrinal. Karena sifatnya pengajaran. Forum P4 menjadi titik temu beragam pandangan masyarakat dalam menjabarkan Pancasila. Dalam lingkungan strategis yang terus berubah.
Survei Setara Institute dan Forum on Indonesian Development (INFID) mencatat. Delapan puluh tiga koma tiga persen siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) menganggap Pancasila bukan ideologi permanen. Bisa diganti.
Survei itu menggambarkan keroposnya kesetiaan generasi penerus bangsa terhadap konstruksi pembangunan peradabannya. Akan berdampak pada optimalisasi pembangunan bangsa itu sendiri. Ketika gamang terhadap desain masa depan pembangunan peradabannya.
Itulah celah terbuka dari Kabinet Merah Putih. Melalui cara dan kebijakan seperti apa, kesetiaan dan kebanggaan warga negara terhadap negara dan idiologi bangsanya hendak diwujudkan.