Catatan Harian Abdul Rohman Sukardi
Hari ini genap satu bulan. Prabowo-Gibran menjabat sebagai presiden dan wakil presiden. “Tidak ada program seratus hari, langsung kerja”, begitu kata seorang pejabat. Ketika ditanya apa program seratus hari kabinet.
Presiden Prabowo lugas dan konsisten mengemukakan visi kepemimpinannya. Daulat pangan, energi, air. Pemberantasan korupsi dan kejahatan. Membangun SDM unggul. Memberantas kemiskinan. Konsisten dengan filosofi “menjadi tetangga yang baik untuk semua” dalam politik luar negeri.
Visi itu ia transformasi dan konsolidasikan melalui “Pembekalan Lembah Tidar”. Bagi anggota kabinet. Juga rakor kepala daerah. Wapres Gibran mengemukakan sikap tegas: “Tidak ada visi lain selain visi Presiden Prabowo Subianto”.
Operasionalisasi visi oleh anggota kabinet itu bisa kita highlight. Menandai satu bulan rezim Prabowo-Gibran ini.
Pertama, agresivitas aparat penegak hukum. Khususnya kepolisian dan Kejaksaan Agung.
Mencuatnya kasus mafia hukum eks pejabat MA. Pembongkaran mafia pangan pada kasus mantan Menteri Perdagangan Tom Lembong. Penangkapan pejabat Kominfo/Komdigi dalam kasus judi online. Ketegasan Kepala Kejaksaan Agung dalam pemberantasan korupsi aparat daerah dan desa.
TNI pun membuat satgas pemberantasan judi online dan korupsi. Tanda keseriusan rezim Prabowo-Gibran melawan korupsi dan kejahatan.
Apakah semua akan bersifat temporer. Atau bisa menjadi bukti keseriusan. Bahwa rezim ini sungguh akan memerangi kejahatan?. Kita akan menyaksikannya bersama. Rakyat bisa menghujatnya jika keseriusan apparat hukum itu hanya bersifat temporer.
Agresivitas Kejaksaan Agung bukan saja membuat KPK kalah pamor. KPK nyaris “tidak ada bunyi”, begitu kata komentar-komentar jalanan. Seharusnya keduanya berjalan beriringan. Kejaksaan Agung dan kepolisian fokus mengejar koruptor para aparat negara. KPK mengejar koruptor dari kalangan aparat penegak hukum.