Kita juga disuguhkan proyek-proyek mangkrak. Seperti BTS Kominfo yang nilainya 8 T. Bisa saja karena kontraktornya sengaja membuat proyek fiktif. Atau oleh keterbatasan sumberdaya manusia. Untuk menjangkau pelosok-pelosok dengan medan sulit. Ambil untungnya, pekerjaannya dibiarkan terbengkalai.
Kita juga disuguhkan jalan botak-botak. Itu di Jawa. Perbaikan jalan rusak tidak jarang dilakukan. Akan tetapi tidak berumur panjang. Rusak lagi. Diperbaiki lagi. Proyek rutin.
“Budaya korupsi bisa dilihat dari kualitas jalan. Banyak jalan rusak, tanda banyak korupsi”. Sinyalemen ini tidak dengan serta merta memperbaiki jalan-jalan rusak. Tudingan ada budaya korup tidak serta merta jalan menjadi baik. “Tidak ada anggaran”. Itu alasannya.
Sementara data Korlantas menunjukkan kontribusi kecelakaan lalu lintas oleh faktor infrastruktur (sarana prasarana jalan) dan lingkungan. Sebanyak 30 % kecelakaan lalu lintas disebabkan prassarana dan lingkungan itu.
Kabinet Merah Putih perlu menjawab situasi itu. Perlu percepatan penanganan infrasrtuktur dasar darurat. Ialah infrastruktur-infrastruktur yang jika tidak dibenai atau disediakan, akan menghalangi masyarakat dari aktivitas ekonomi.
Menghalangi masyarakat dari akses pendidikan maupun kesehatan. Bahkan menyebabkan hilangnya nyawa masyarakat. Seperti kasus jalan rusak. Jalan botak-botak yang terbengkalai.
Zeni tempur TNI perlu dilibatkan. Perlu pemetaan infrastruktur-infrastruktur dasar darurat yang harus segera diselesaikan. Untuk dikerjakan pasukan Zeni. Jika selama ini sudah dilibatkan dalam skala tertentu. Peran itu harus lebih di dioptimalkan lagi.