Aku mengagumimu di tengah cacian dan hujatan
Aku mengagumimu di tengah kecewa yang meledakkan amarah
Ketika orang-orang yang kau besarkan balik menyerangmu
Yang menuntut agar kau dipasung oleh aturan yang pernah kau buat
Yang menuntut agar kau dibui di penjara yang kau bangun
Dan ketika orang-orang ramai bicara tentang sisi kelammu
Aku tetap bertahan mengenang masa emasmu
Ketika aku tak perlu makan beras impor
Ketika aku tak perlu mengantri untuk seliter minyak tanah
Ketika aku tak perlu berpikir tentang mahalnya harga sembako
Ketika seribu rupiahku mampu membayar setahun uang sekolah.
Di saat ini,
Ternyata masih ada orang-orang yang belum bisa memaafkan engkau Tuan…
Entah sebab apa,
Mungkin karena dulu semeter tanahnya pernah kau rampas
Untuk membangun Cirata, Darma, Jatiluhur, Gajah Mungkur, Karangkates
Mungkin karena kau tak memberi mereka kursi empuk, dulu…
Entah sebab apa
Saat ini…
Hanya doa bisa aku beri
Agar kau diberi jalan terbaik
Satu hal yang pasti
Aku tetap mengagumimu.
Nana. Dalam blog yang sama. Mengungkapkan simpatinya :
DI UJUNG WAKTU
Nana, 27-Jan-2008
Sayup terdengar senandung lagu Gugur Bunga
Semerbak melati putih wangi menebar duka
Mendung menyelimuti langit temaran
Mengiringi sang putra terbaik
Tuk kembali ke pangkuan Ilahi
32 tahun perjalanan bangsa
Dari putra terbaik Indonesia
Banyak cerita mengalir sepanjang sejarah
Dari dinding-dinding istana
Hingga rakyat jelata
Ada tawa bahagia, ada air mata
Ada suka cita, ada duka cita
Ada keberhasilan, ada keterpurukan
Ada harapan, ada kebimbangan
Biarlah sejarah menjadi cerita
Tak ada gading yang tak retak
Kesempurnaan hanya milik Tuhan
Indonesia tetap melangkah
Selamat jalan Bapak Pembangunan