Senyumanmu kini tlah tiada
Teriring doa dari anak bangsa
Menuju haribaan Sang Pencipta
Komentar-komentar pendek sangat banyak. Diabadikan dalam buku “Presiden Soeharto dan Visi Kenusantaraan” itu. Termasuk ungkapan simpati Uskup Bello, Timor Timur.
Wafatnya Presiden Soeharto seakan membungkam stigma dan tudingan negatif terhadapnya. Otoriter, KKN dan beragam opini negatif lainnya. Tudingan itu digelontorkan melalui berbagai media. Selama satu dekade pasca berhenti sebagai Presiden. Tudingan itu tidak bisa menghalangi kecintaan publik kepada Presiden Soeharto. Ledakan komentar duka dan simati melalui blog itu sebagai bukti. Menggeser gelombang tudingan negatif.
Kini 16 tahun sudah berlalu dari wafatnya. Berbagai tudingan tidak terbukti. Tidak ada putus pengadilan menyatakan bersalah. Bangsa ini harus membersihkan namanya. Ia pejuang tiga generasi. Revolusi fisik, orde lama, orde baru.
Bangsa ini harus belajar menghargai perjuangan para pendahulunya. Jangan sampai terjerat tabiat kekurangajaran. Tabiat itu bisa menyandera bangsa ini dari bergerak untuk maju.
Status Pahlawan Nasional mungkin tidak cukup. Jasa Presiden Soeharto lebih kompleks dibanding para penerima gelar pahlawan.
Jika diberikan, seetidaknya gear itu bisa menjadi penebus dosa generasi bangsa ini. Atas kekurangajaran terhadapnya selama ini.
ARS (rohmanfth@gmail.com), Jakarta, 25-01-2025