Liburan ke Negeri Nintendo

CERPEN RAMADITYA ADIKARA

Tak butuh waktu lama bagi Rama untuk memenangkan pertarungan dan merebut jamur emas.

Kemenangan itupun mereka rayakan dengan berfoto bareng pengunjung. Tak sedikit warga Jepang yang selfie dengan Rama, tapi itu tak dapat menyaingi populeritas Wahita yang memang tampil manis dan mirip dengan Princess Peach.

Selanjutnya, acara belanja-belanji. Ada banyak kios yang menjual pernak-pernik khas Nintendo, tapi yang paling terkenal adalah Mario Motors dan One-Up Factory.

Barang-barangnya memang bagus, tapi tetap saja Rama hrus menahan diri untuk tidak merengut ketika Wahita memborong belanjaan hingga ribuan yen.

“Kamu emang my hero banget deh, Master!” seru Wahita sambil menjinjing belanjaan.

***

Tiba-tiba, terdengar suara sirine peringatan ala Ultraman. Wahita segera melirik ke arah ikat pinggang Ultraman yang ia pakai di balik gaunnya.

“Master, sorry to say, tapi waktumu minjem kekuatan aku udah hampir habis. So, gimana, Master?”

Tak ada sedikitpun kesedihan membias dari wajah Rama. Petualangannya di Super Nintendo World, dengan pinjaman penglihatan dari Wahita, benar-benar membuat dirinya bahagia.

Tak hanya menyadari kenyataan bahwa impiannya semasa kecil berhasil diwujudkan nyaris seperti nyata oleh Nintendo, tapi juga karena ia menikmatinya bersama karib yang sehati dengannya, juga pengunjung lain yang tentu punya impian sama.

Rama dan Wahita pun kembali berdiri di depan Super Mario World. Beriring musik ceria, yang ditimpali riuh redam gelak tawa pengunjung, sedikit demi sedikit penglihatan Rama mulai memudar.

Namun, ia masih sempat melihat senyum bahagia sahabatnya, beriring beberapa tetes air mata.