Kedua, kasus pemecatan Shin Tae-Yong. Pelatih timnas sepak bola asal Korea. Publik marah. Kecewa berat. Keputusan Eric Tohir mendapat perlawanan kuat. Eric bertemu calon pelatih baru di Eropa. Ia mengaku sudah minta izin presiden.
Merespon kemarahan publik, lingkaran istana menampilkan Dedy Corbuzier dan Andre Rosiade. Setidaknya bisa dibaca oleh sebagian publik seperti itu.
Dedi melakukan pod cast dengan crew Jebret TV. Juga dengan translator staf kepelatihan STY. Intinya, Dedy satu pandangan dengan kekecewaan publik. Bisa dianggap sebagai pesan: istana sejiwa dengan aspirasi publik. Sementara Eric jalan terus. Mempersiapkan kepelatihan baru.
Andre Rosiade juga menggambarkan keberpihakan dirinya pada kubu anti pemecatan STY. Melalui pembicaraan dengan Eric Tohir. Mempertanyakan keputusan itu sebagai sangat berisiko. Eric terkesan disudutkan. Walau Putri Andre sendiri disorot publik. Citranya buruk oleh isu perselingkuhan. Membuat fokus pemain timnas, Arhan, terganggu.
Ketiga, kasus arogansi pengawalan stafsus presiden, Rafi Ahmad. Kasus itu mencuat. Menjadi sorotan publik. Istana bersikap standar: teguran.
Rafi klarifikasi ia tidak sedang dalam mobil itu. Belakangan melakukan menuver bertemu tokoh garis keras: Riziek Syihab. Mantan Imam Besar FPI. Langkah yang belum tentu positif bagi citra presiden.
Keempat, kasus pagar bambu, laut Tangerang. Menteri KKP tidak ingin buru-buru pagar dibongkar. Presiden membuat “veto” berbeda. TNI AL diinstrusikan membongkar secepatnya. Dualisme kebijakan dalam satu kabinet. Sebagian orang memandang sebagai kejanggalan.
Kelima, kasus Menteri ESDM, Bahlil. Kebijakaan baru: pengecer dilarang menjual gas melon. Konon pengecer biang permainan harga. Pengecer dilarang, antrian masyarakat mengular. Viral. Presiden membuat “veto”: pelarangan pengecer dibatalkan.