Peradaban Jahiliah

Catatan Harian Abdul Rohman Sukardi – Ramadhan:08/03/2025

 

Peradaban seperti apa Jahiliah itu. Muslim Indonesia mengenal arti lugasnya melalui pelajaran sekolah. Masa kecil. Ialah “Zaman kebodohan”. Era “peradaban bodoh”. Era itu kemudian direvisi melalui kedatangan Nabi Muhammad Saw. Begitu penjelasan seputar Zaman Jahiliah pada masa kecil.

Jadi apa arti sebenarnya?. Kita bisa melacaknya berdasar informasi dalam Al Qurán. Bisa mengenali dari ciri-cirinya.

Adat istiadat Jahiliah itu bercirikan closed minded (QS, 2:170). Tertutup atau menutup diri dari kehadiran potensi kebenaran. Taqlid buta terhadap kebiasaan/ tradisi. Bukan percaya terhadap sesuatu yang logis.

Taqlid buta itu juga ditekankan pada QS, 5:104, 10:78, 11:62,87,109, 16:35, 21:53, 23:24, 37: 69 & 70, 43:22-23. Oleh karenanya QS, 7:173 merevisi: Taqlid pada tradisi tidak bisa untuk justifikasi pengingkaran terhadap Allah Swt.

Peradaban Jahiliah juga bercirikan percaya tahayul (QS, 2:189). Ayat ini menerangkan fungsi pergantian bulan sebagai penanda waktu. Juga koreksi kebiasaan kaum Ansor masuk rumah dari pintu belakang. Menghindari pintu depan. Ketika usai mengerjakan ihram atau ibadah haji.

Perilaku klenik atau tahayul itu dikoreksi. Kebajikan itu bertaqwa kepada Allah. Bukan percaya tahayul. Seperti meghindari masuk melalui pintu tertentu pada waktu-waktu tertentu. Pelarangan tahayul juga dikemukakan QS, 4:119. Begitu pula QS, 5: 103.

Bermusuhan satu sama lain (QS, 3: 103). Memakan riba (QS, 3: 130). Riba ialah nilai tambah dari pihak yang berutang dengan berlipat ganda. Saling bermusuhan dan memakan riba merupakan tradisi Jahiliah.

Lihat juga...