Mendongkrak Kreativitas Festival Ketupat

Catatan Harian Abdul Rohman Sukardi – 07/04/2025

 

Tanggal 8 Syawal 1446 H (07/03/2025), masyarakat Trenggalek Jatim menyelenggarakan Lebaran Ketupat. Istilah setempatnya menyebut “kupatan”. Berasal dari kata dasar kupat (ketupat). Ditambah akhiran an. Artinya menjadi “perayaan Lebaran Ketupat”.

Kupat merupakan Kerata Basa. Atau akronim dalam Bahasa Jawa. Ku = laku (tempaan). Pat = Papat (empat). Kupat = laku papat: empat tempaan. Tepatnya empat tempaan sepiritual. Ialah ibadah Ramadhan, Zakat, Iedul Fithri dan Puasa Syawal 6 hari.

Ibadah Ramadhan menjadi tempaan pengendalian diri. Bukan semata menahan lapar dan haus sehari penuh. Tidak makan dan tidak minum dari matahari terbit hingga terbenam. Melainkan tempaan menahan hawa nafsu. Ditambah perlombaan melakukan kebaikan. Islam mengajarkan pahala lipat ganda bagi pelaku kebaikan di bulan Ramadhan.

Output ibadah Ramadhan adalam tenggelam dalam kebaikan. Dalam Bahasa agama “menjadi bertaqwa”. Meninggalkan keburukan dan menjalankan perintah kebaikan dari pembuat kehidupan. Tuhan. Allah Swt.

Zakat merupakan ibadah sosial. Sarana menempa kepekaan sosial. Untuk peduli dalam mempersempit kesenjangan sosial. Antara orang yang berkecekupan, sangat berkecukupan, dengan orang yang membutuhkan. Islam mengajarkan adanya hak orang miskin pada harta-harta yang dimiliki orang berkecukupan. Maka tanggung jawab orang berkecukupan untuk meringankan beban bagi yang berkekurangan.

Hari Raya Iedul Fithri diawali takbir-tahmid-tahlil. Sebagai ungkapan rasa Syukur kepada Allah Swt. Ibadah Ramadhan yang dilakukan dengan benar, sungguh-sungguh dan tulus, akan memperoleh ampunan Tuhan. Pelakunya diberi reward berada dalam derajad kesucian jiwa. Bahas lugasnya, Iedul Fithri menempa seseorang menghargai kehidupan. Bahwa kehiduan sangat berharga. Maka harus disyukuri melalui kreatifitas positif dalam menjalani kehidupan.

Lihat juga...