Perayaan itu kini berkembang menjadi mirip festival. Selain acara kendurian di Masjid/Mushola dan open house menu ketupat, juga dilakukan pawai ketupat. Arak-arakan keliling kampung. Karnaval beragam tema. Seperti arak-arakan tumpeng ketupat raksasa. Arak-arakan beragam hiasan. Temanya random. Mirip karnaval peringatan hari kemerdekaan.
Lokasi perayaan kupatan juga telah berkembang. Tidak hanya di Durenan. Melainkan merambah daerah-daerah lain di Trenggalek.
Tradisi itu perlu ditingkatkan dan dikemas lebih profesional. Agar bisa menjadi kalender pariwisata dengan pengunjung lebih luas. Sekaligus penggerak industri kreatif.
Diberi nama “Ketupat fest”, misalnya. Festival ketupat. Agar lebih populer. Sesuai namanya, perlu dibuat kreativitas dengan pernak pernik serba ketupat. Tidak random lagi. Sebagai contoh: pawai dengan asesoris serba ketupat. Hiasan kendaraan dan kostum peserta pawai bernuasa ketupat. Berikut kreatifitas pesan-pesan menarik yang juga tetap bernuansa ketupat.
Lomba beragam metode penyajian menu ketupat. Lomba masak ketupat paling enak. Lomba inovasi varian masakan pendamping ketupat paling enak. Tidak hanya Lodho sebagaimana selama ini. Misalnya berbahan ikan laut. Begitu seterusnya. Sehingga bisa mengeksplorasi kreativitas warga untuk mengembangkan “kebudayaan ketupat”.
Kupatan Trenggalek sudah menjadi tradisi. Terbuka luas perbaikan kreativitas inovatif pada penyelenggaraan masa-masa mendatang. Untuk menjadi kalender pariwisata baru lebih menarik. Menjadi pendongkrak industri kreatif. Sebuah festival dengan makna dan pesan spiritual mendalam.
• ARS – Jakarta (rohmanfth@gmail.com)