Obligasi

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa, berpeluang melanjutkan penguatan pada awal pekan lalu, seiring turunnya imbal hasil atau yield obligasi Amerika Serikat (AS).

Data pekerjaan AS pada Jumat (4/6) telah memberikan tekanan pada dolar, karena investor bertaruh, bahwa pertumbuhan pekerjaan tidak cukup kuat untuk meningkatkan ekspektasi Federal Reserve AS memperketat kebijakan moneternya.

Pada pukul 9.21 WIB, rupiah melemah 12 poin atau 0,09 persen ke posisi Rp14.210 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.198 per dolar AS.

Pada pukul 10.00 WIB, rupiah menguat 42 poin atau 0,29 persen ke posisi Rp14.393 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.435 per dolar AS.

Harga emas kembali melemah pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), tertekan oleh data ekonomi Amerika Serikat yang lebih kuat dan kenaikan imbal hasil (yields) obligasi pemerintah, memperpanjang kerugian untuk hari ke dua…

"Seluruh perdagangan pro dolar didasarkan pada kisah imbal hasil, dan mengingat fakta bahwa kisah imbal hasil telah mundur dari tertinggi, dolar telah melakukan hal yang hampir sama," kata Boris Schlossberg, direktur pelaksana strategi…

"Tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS naik seiring pasar yang mencerna pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell, bahwa bank sentral AS masih berkomitmen untuk mempertahankan kebijakan longgar," tulis Tim Riset Monex Investindo…