Mayjen Soeharto bertekad melakukan tindakan balasan terhadap petualangan G30S/PKI yang telah menculik dan membunuh pimpinan TNI AD maupun coup kepada Presiden.
Aidit tidak hanya melempar Presiden dalam kedudukan tidak berarti dan mendemisionerkan Kabinet Dwikora, namun juga menendang para perwira di atas kolonel untuk berada dalam perintah Untung.
Dekrit Dewan Revolusi melalui RRI merupakan maklumat terjadinya kudeta terhadap Presiden dan Kabinet Dwikora serta munculnya kekuasaan rezim Komunis sebagai penguasa baru di Indonesia.
Kedua tahapan itu tidak berjalan sesuai rencana, sehingga memaksa PKI menyusun operasi militer darurat dalam bentuk operasi penyelamatan gerakan, dengan melakukan perlawanan terhadap serangan balik Kostrad yang dipimpin Mayjen Soeharto.
Kelima skenario itu dilakukan PKI secara serentak, sehingga memecah konsentrasi pihak lawannya, yaitu ABRI dan kalangan nasionalis religius, untuk tidak segera menyadari adanya perebutan kekuasaan oleh PKI.
Pada saat kesehatan Presiden Soekarno berada dalam kondisi kritis, PKI menjalankan agenda pemusnahan lawan-lawannya (pimpinan puncak TNI AD) dengan mengatasnamakan kebijakan Presiden.