Covid-19, Apa Skala Prioritasnya?
OLEH ABDUL ROHMAN
TERNGIANG dari beragam obrolan, tetang Covid yang berseliweran. Salah satunya policy maker yang gagal merumuskan kebijakan secara tepat. Awalnya (sekitar Maret 2020) ada tarik ulur antara kesehatan dan ekonomi sebagai pilihan menghadapi Covid-19. Usulan karantina dipatahkan oleh kekhawatiran mandegnya aktivitas ekonomi. Terbukti saat ini, pilihan yang gamang itu membuat merosotnya aktivitas ekonomi hingga berbulan-bulan. Belum jelas kapan akan berakhir.
“Andaikan pemerintah tegas, memberlakukan karantina wilayah serentak, mungkin satu bulan sudah berakhir Covid. Setidaknya sudah menurun. Tidak berlarut-larut seperti sekarang. Satu bulan ekonomi mandeg masih punya tabungan. Lha sekarang, sudah berbulan-bulan, malah lebih parah ongkos ekonominya atas ketidaksigapan pemerintah itu. Jangan salahkan rakyat yang tidak tertib. Pemerintah punya kewenangan membuat ketertiban,” ujar seseorang dalam obrolan itu.
Semua itu sudah berlalu, sudah menjadi bubur. Hanya akan menjadi catatan kenangan kegagalan dalam mengambil keputusan pada masa krisis. Kini, sampai tanggal 29 Juni 2020, Jakarta sebagai pintu masuk kedatangan internasional dan pusat kegiatan dari berbagai daerah seluruh Indonesia, bukan pemegang tertinggi jumlah harian penambahan Covid lagi. Selain Jawa Timur, sejumlah provinsi sudah sering melewati Jakarta angka penambahan hariannya. Total kasus dan jumlah fatal cases di Jakarta sudah dilampaui Jawa Timur. Covid sudah menyebar seantero wilayah dan belum menunjukkan tanda-tanda terkendali secara cepat.
Lantas prioritas apa yang seharusnya saat ini dilakukan? Setelah Covid merebak di seantero kepulauan Nusantara?