Hari Buku Nasional, Gauli Buku Terbitlah Cakrawala

OLEH MAKMUN HIDAYAT

Makmun Hidayat - Foto: Ist

DI MANA ada buku di situ ada pencerahan. Ketidaktahuan akan lenyap seketika karena otak menerima informasi maha penting dari sebuah buku. Buku adalah jendela informasi yang mampu membuka cakrawala.

Begitulah kekuatan buku. Bahkan buku juga menjadi petanda sebuah peradaban kemajuan sebuah bangsa, juga sebagai jembatan penghubung antarmasa dan generasi.

Karena kekuatannya itulah, terkadang buku bernasib sial. Dilarang beredar karena dinilai “bermasalah”. Buku-buku yang tersimpan rapi di perpustakaan pun menjadi sasaran empuk untuk dimusnahkan dalam suasana perang.

Di zaman kini atau now, buku-buku dengan mudahnya dijumpai di perpustakaan-perpustakaan atau di toko-toko buku. Tetapi jika tidak disentuh apalagi dibaca, maka alamat! Tanpa membaca buku tentu akan susah untuk benar-benar menjadi melek.

Bagaimana mau menganyam peradaban masa kini, sementara untuk sekadar membaca dan mendiskusikannya sejenak dalam alam pikir tak ada waktu? Bagaimana mau merekayasa masa depan, sementara masih terpenjara dalam “kebuta-hurufan”?

Dalam sejarahnya, sebelum Indonesia diproklamasikan sebagai sebuah negara, kearifan budaya bangsa di masa silam yang terdiri dari beragam suku bangsa informasinya terlacak dalam naskah-naskah kuno yang tertulis dalam berbagai media seperti daun lontar, kulit kayu, bilahan bambu atau rotan, prasasti, dan lain-lain. Kertas berjilid-jilid masih tergolong langka.

Orang-orang terdahulu membuat peradaban pada masanya, dan mengkoneksikannya dengan masa depan agar sejarah tidak terputus dan dilupakan oleh penerusnya. Jadi, untuk mendapatkan informasi melalui media buku pada saat itu tidak semudah seperti saat ini.

Lihat juga...