MINGGU, 27 DESEMBER 2015
Jurnalis: Ebed De Rosary / Editor: Gani Khair / Sumber foto: Ebed De Rosary
MAUMERE—Melihat permintaan pasar yang cukup menjanjikan, Kelompok Wanita Tani dan Nelayan ( KWTM ) Kembang Baru di Nangahure Bukit Kelurahan Wuring, Kecamatan Alok Barat yang terbentuk sejak tanggal 11 mei 1999 mulai mengembangkan produk minyak kelapa dan abon ikan tuna. Kelompok yang awal terbentuk terdiri dari 15 orang anggota ini kini sudah berjumlah 31 orang.
Kelompok Wanita Tani dan Nelayan ( KWTM ) Kembang Baru di Nangahure Bukit Kelurahan Wuring, Kecamatan Alok Barat memamerkan produk dan beberapa penghargaan yang pernah mereka peroleh |
Agnes Wangi ketua kelompok saat ditemui Cendana News mengatakan, dirinya berpikir dari segi ekonomi sebagai ibu rumah tangga penghasilan suami tidak cukup memenuhi kebutuhan keluarga sehingga pihaknya membentuk kelompok.
Awalnya, kelompok Kembang Baru hanya membentuk arisan dan kerja kelompok menggarap lahan kebun masyarakat sekitar. Dalam perjalanannya, tepatnya tahun 2003 atas dorongan suami Yosep Dala yang bekerja sebagai penyuluh pertanian. Saran sang suami agar kegiatan di Poktan lebih dikembangkan agar semakin maju.
“Kami pun sepakat dan sejak tahun 2003 mulai melakukan usaha pengolahan ikan tuna, kacang tanah, kacang mente dan minyak kelapa sehingga kami mulai produksi memakai modal dari kelompok “ ujar Agnes.
Gotong royong adalah pondasi keberhasilan |
Untuk produk kacang tanah dan minyak kelapa masih dijual untuk memenuhi permintaaan pasar di kabupaten Sikka sementara untuk abon, dendeng dan nugget ikan Tuna sudah dikirim ke Kupang, Surabaya, Jakarta dan Yogyakarta. Untuk keluar daerah biasanya pengiriman rutin dilakukan 3 bulan sekali sebanyak 50 kilogram untuk kemasan seberat 250 gram pada masing-masing produk.
“kami kirim produk yang sudah dikemas biar pembeli mengetahui produk itu berasal dari daerah kami, kalau belum dikemas bisa saja nanti diberi kemasan oleh pembeli “ ungkapnya.
Untuk kacang mente pun sering mendapat pesanan dari berbagai daerah di Pulau Jawa khususnya menjelang Hari Raya Idul Fitri, Imlek, Natal dan Tahun Baru. Untuk bahan baku, pihaknya tidak mengalami kesulitan. Ikan tuna diperolehnya dari nelayan dan sudah menjadi langganan sehingga bila ada tangkapan maka dirinya selalu dihubungi. Begitupun juga dengan kacang mente, kelapa dan kacang tanah bahan bakunya melimpah.
“Kalau ikan tergantung hasil tangkapan nelayan, kalau banyak kami buat abonnya banyak sehingga ada stock. Kami sudah punya langganan nelayan sehingga kalau ada ikan mereka telepon dan kami ambil “ tuturnya.
Minyak kelapa produksi Poktan ini dijual lebih mahal karena harga bahan baku juga diperoleh dengan harga tinggi, khususnya untuk kelapa. Tapi meski mahal tetap saja habis terjual sebab sudah banyak masyarakat yang kembali mengkonsumsi minyak goreng tersebut karena lebih sehat.
Tiga hari sekali mereka proses 25 liter dan tidak sampai 2 minggu sudah ludes terjual. Yang lebih banyak laku terjual yakni minyak goreng ukuran 250 gram dan 500 gram dibanding ukuran 1 liter karena harganya terjangkau.
“Kami produksi 3 hari sekali, kelapa 300 buah jadinya 500 sachet ukuran 250 gram dan kami jual 3 riu ruoiah. Kalau ukuran 500 gram kami jual 5 ribu sementara satu liter harganya 10 ribu rupiah “ jelas Agnes.
Kelompok Kembang baru sudah meraih berbagai penghargaan lomba yakni juara dua pengolahan hasil laut tingkat nasional tahun 2010, juara satu UKM pengolahan hasil laut terbaik dari DKP Propinsi NTT, juara II pengolahan pangan lokal BKP provinsi NTT tahun 2009.
Pihaknya menjadi juara dua karena belum mencantumkan produk halal yang masih dalam proses pengurusan.
“Saya ada minta 10 produk kami untuk disertfikasi dan mendapat produk halal dan juga sertifikat BPOM.Kami juga sudah membuat proposal dan dijanjikan pemerintah kabupaten Sikka tahun 2016 mendapat bantuan untuk pembangunan rumah pengolahan permanen “ pungkasnya.