Tapai Ketan, Jajanan Tradisional yang Tetap Eksis

PONOROGO — Tapai, makanan fermentasi yang memiliki cita rasa unik perpaduan antara manis dan asam ini selalu jadi favorit. Selain itu, juga kerap menjadi campuran untuk berbagai kuliner lainnya, seperti es campur hingga digoreng.

Ada beberapa macam tapai, kalau di bumi reog terbuat dari beras ketan putih yang dibungkus daun waru.

Pembuat tapai ketan, Jaitun mengatakan, resep tersebut didapatkannya secara turun temurun. Tidak hanya itu, pengolahannya pun terbilang mudah.

“Beras ketan dicuci bersih, kemudian direndam semalam,” jelasnya kepada Cendana News, Sabtu (9/12/2017).

Jaitun pembuat tapai ketan daun waru/ foto : Charolin Pebrianti

Dijelaskan, usai direndam, beras ketan putih yang diberi sedikit gula, ditanak hingga matang. Setelah itu, ditunggu sampai dingin baru dibungkus satu per satu dengan daun waru.

“Sebelumnya ada daun pisang sebagai alas, lalu ketan tadi diberi ragi dan dibungkus rapat pakai daun waru,” terangnya.

Setelah dibungkus rapat, ditunggu hingga 2-3 hari agar tapai ketan benar-benar matang. “Kalau baunya masam, kecut berarti sudah matang dan siap dinikmati,” cakapnya.

Untuk satu bungkus tapai ketan dijual dengan harga Rp1.000. Biasanya tapai ketan ini paling pas dinikmati dengan air hangat dan gula. “Namanya wedang tapai ketan, paling enak kalau pas musim hujan,” imbuhnya.

Tapai ketan daun waru/ foto : Charolin Pebrianti

Menurutnya, selain digunakan untuk wedang, tapai ketan juga bisa dinikmati secara langsung. “Kadang juga dipakai untuk acara tujuh bulanan anak bayi sebagai pelengkap, tapi bukan satuan melainkan satu gombyok atau isinya ada 8 tangkai,” pungkasnya.

Lihat juga...