Tren
- Akhir Tahun: Pejabat Kosong
- Menteri Luar Negeri Sugiono Serah Terimakan Enam Objek Diduga Cagar Budaya kepada Menteri Kebudayaan Fadli Zon
- Pengurus HKTI Jabar Dilantik, Inilah Delapan Prioritas untuk Petani Jawa Barat
- Kepemimpinan Islam Tanpa Perang dan Kekerasan
- Menteri Kebudayaan: Situs Warisan Budaya Harus Hidup dan Dinamis Berdasarkan Riset
- Gus Miftah, Standar Baru Kabinet
- UNESCO Akui Kolintang Resmi Jadi Warisan Budaya Takbenda ke-16
- Pilkada Jakarta 2024: Redupnya “Masyarakat Rasional” ?
- Menteri Kebudayaan: JAFF Market Awal Baru Pasar Film Indonesia
- Tingkatkan Kesejahteraan Nelayan Bantul, Titiek Soeharto Gelar Bimtek Kewirausahaan
*
X - Indrayadi T Hatta
"Senang dalam keberagaman lingkungan, gemar mencari sesuatu yang baru untuk dijadikan pengalaman hidup, agar kelak dapat memberikan motivasi kepada anak dan cucu," Hatta IT
Saya lulusan SMK N 3 Kotaraja, Kota Jayapura, Papua, awalnya mulai mengais rejeki bantu orang tua (Thamrin dan Murni) saat duduk dibangku kelas III SMK 3 Kotaraja, kala itu tahun 2000 silam saat duduk dibangku kelas III sekolah kejuruan itu. Pekerjaan pertama saya sebagai dokter elektronik seperti tape mobil, televisi, radio, printer, mesin komputer (mainboard) pada perusahaan lokal Persada Komputer.
Alhamdulillah tahun 2001 saya lulus SMK N 3 Kotaraja dan saya mendapat kesempatan bekerja sebagai dokter elektronik lagi di perusahaan Nasional PT Murfa Surya Mahardhika yang mempunyai anak perusahaan bernama Alva Jaya Teknik dan Bravo Computer. Disilah saya menjadi tahu lebih dalam mengenai perangkat luar dan dalam komputer secara detai dan disinijuga saya mengetahui perkembangan dunia elektronik secara khusus serta program-program yang dibuat untuk memperlancar sistem pemerintahan daerah seperti Simpeg, Simbada dan lainnya.
Sejak tahun 2001 hingga 2006 inilah saya menjadi spesialis printer jangkrik (Epson 2180, 2170, LX 300 dan lainnya). Banyak hal yang saya dapat disini, mulai dari pengetahuan bidang telekomunikasi seperti Radio Link, saya salah satu dari beberapa rekan memasang radio link tersebut pada beberapa instansi pemerintah di Kantor Gubernur papua, Pemkab Jayapura, Pemkab Keerom, Pemkab Mimika dan kabupaten lainnya di Papua.
Selain itu juga, penemuan kami tentang perangkat elektronik sistem absen sidik jari menjadi yang pertama di wilayah timur kala itu, awalnya kami temukan perangkat tersebut dari China dan kami coba untuk membuat sendiri, alhasil perusahaan yang kami wakili menjadi satu-satunya perusahaan yang mengadakan barang tersebut di kantor Pemerintah Provinsi Papua sebagai uji coba kedisplinan PNS dan atasannya. Banyak hal yang saya pelajari dn tak bisa diungkapkan satu persatu. Tahun 2006 kala itulah saya undur diri untuk mencari pengalaman diluar sana.
Awal Karir jadi Jurnalis Video
Tahun yang sama saya kerja sebagai tukang ambil gambar (video) biasa disebut Kameramen pada umummnya. Saya mencari pengalaman sebagai stinger TVRI pada seorang kontributor TVRI di Oksibil, Pegunungan Bintang, Papua.
Kerja di ASURANSI (tukang kasi takut orang mati)
Hanya setahun melintang didunia jurnalis televisi, saya kembali ke Kota Jayapura dan mencari hal baru dengan bekerja sebagai petugas asuransi Bumi Asih Jaya. Selama 3 bulan saya dilatih (training) untuk mengetahui perhitungan seperti premi asuransi, besaran-besarannya. Setelah empat bulan berlalu, saya memutuskan kembali kedunia videographer.
Kembali Jadi Jurnalis
Tahun 2007, saya mendapatkan tempat sebagai kameramen pada sebuah Even Organiser (EO) di Cigombong, Kota Jayapura. Disitulah saya kembangkan secara otodidak trik sebagai seorang kameramen dan tukang edit video gitu... sambil nyampi belajar fotografer dengan sang senior Ardi yang kini entah dimana. Dua tahun saya di EO itu dan kembali lagi undur diri tahun 2008.
Buka Usaha dan Menikah
Seiring berjalannya waktu, kantong saya miliki sedikit modal untuk buka usaha sendiri dipedalaman Kabupaten Keerom, tahun 2008 itulah saya membuka sebuah rental sekaligus service komputer hardware software, mendesain serta membuat undangan nikah, penyewaan jasa shooting acara nikah di Arso III. tak jauh dari situ saya juga membuka depot air galon (gunakan sistem Oxy) di Arso X.
Ditahun inilah saya mendapatkan modal untuk menikahi seorang istri (Jumiati) tak jauh dari lokasi tempat usaha saya, tepatnya di Arso IV, Keerom. Awal tahun 2009 saya mendapatkan sebuah projek diluar Papua tepatnya di Tangerang, projek itu dibidang video dan renovasi rumah. Usaha saya di Papua terpaksa saya berikan tanggungjawab kepada orang lain, sayang usaha saya tak berkembang. Saya pun mengambil keputusan untuk menutup penuh usaha-usaha tersebut.
Kembali Lagi sebagai Jurnalis
Setelah mendapatkan sedikit rejeki diluar sana, saya pun balik ke Papua. Alhasil, saya membeli bisnis sapi di Keerom. Namun, panggilan jiwa saya yang tak betah pada satu pekerjaan. Membuat saya ubah haluan penuh untuk menjadi seorang jurnalis televisi. Ditahun yang sama 2009 inilah saya bekerja sebagai jurnalis televisi pada perusahaan lokal TOP TV, enam bulan sudah saya cicipi dunia pertelevisian.
Nama saya terukir sebagai jurnalis TV, saat itu banyak yang membutuhkannya. Kebetulan MNC Group meminang saya untuk mengisi berita TV di Global TV, RCTI, TPI (saat ini MNC TV), Radio Global, Radio Trijaya dan SUN TV.
Hanya terhitung satu bulan, saya mencari stasiun lokal untuk dijadikan tambahan biaya hidup saya dan keluarga. Saya pun ditarik ke Papua TV. Disaat itulah saya menjadi jurnalis TV untuk TV Nasional dan Lokal sejak tahun 2009-2013.
Pertengahan tahun 2013 saya undur diri dari media MNC Group. Saat itulah saya menjadi kontributor TVRI Nasional dan TVRI Lensa Papua. (lokalan TVRI daerah) dan masih juga nyambi di Papua TV.
Kembali lagi saya keluar dari dunia pertelevisian. Saya ingin menulis, maka masuklah saya di portal media Tabloid Jubi thun 2014-2015. Dari situlah saya terus dan terus mengasah tulisan saya pada senior-senior di kantor tersebut, Victor Mambor, Ketua AJI Jayapura, juga Pimred Tabloid Jubi saat itu menjadi mentor saya untuk menjadi penulis yang tajam dengan mengedepankan jurnalistik investigasi serta jurnalism warga.
Merasa ada yang kurang, disaat itu saya terus belajar otodidak mempergunakan kamera foto profesional DSLR, berawal dari kamera pocket. hehehehehe... Tahun 2015 awal saya tak ada kata pengunduran diri kepada sesepuh saya Victor mambor. Heheheee, dia seperti kaka kandung saja, maklum saya anak pertama dari enam bersaudara. Saya main keluar tanpa info-info, hehehehe
Tahun itu saya kembali menerima media ini Cendana News sebagai panggilan saya untuk mendedikasikan tulisan-tulisan saya yang masih cempreng ini. Yah, juga terus didukung biasa saya sapa Mami Enjel, dia wartawan senior sejak tahun 1997 yang notabene sebagai pemilik salah satu Surat Kabar Harian (SKH) di Kota Jayapura.
Xixixixii Emmmm, sementara itu dulu ya... sepenggal kisah yang dapat saya bagi. Lebihnya ya langsung kopdar aja to.....
***Salam Jari membangun***